Minggu, 31 Januari 2016

Dinasti Umayyah 2

Diposting oleh Unknown di 1/31/2016 08:03:00 PM 0 komentar

”ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH 1”


1.      Sejarah Bani Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah merupakan masa keemasan ummat Islam. Wilayah kekuasaannya membentang dari India di timur, sampai ke Spanyol di barat, dan seluruh daratan Afrika Utara. Ilmu pengetahuan juga berkembang pesat pada masa itu. Banyak ilmuwan muslim yang muncul pada rentang waktu tersebut. Sejarah kebesaran ummat Islam itu harus bisa dijadikan pelajaran bagi ummat Islam saat ini. Ummat Islam harus bisa menjaga kebesaran agama Islam agar tetap ada di muka bumi.
Nama Bani Umayyah dalam bahasa arab berarti anak turun Umayyah, yaitu Umayyah bin Abdul Syam, salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy. Abdul Syam adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf, yang menurunkan Bani Hasyim. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi kita yaitu Nabi Muhammad saw. Pada masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim, pada waktu itu, Bani Umayyah lebih berperan dalam masyarakat Mekah. Hal itu disebabkan mereka mengusai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung kepada pengunjung Ka’bah. Di pahak lain, Bani Hasyim adalah orang-orang yang berekonomi sederhana.
Keadaan mulai berubahpada waktu Nabi Muhammad saw. salah seorang dari Bani Hasyim, mendapatkan wahyu dari Allah swt. Untuk mengembangkan agama Islam. Dengan berkembangnya agama Islam, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaan dan perokonomiannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad saw. Abu Sufyan bin Harb, salah satu anggota Bani Umayyah, beberapa kali menjadi pemimpin Quraisy Mekah dalam peperangan melawan pihak Nabi Muhammad saw. Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut Mekah, Abu Sufyan bin Harb dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathu Makkah dan terjadi pada tahun 8 hijrah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Mu'awiyyah bin Abu Sufyan, sebagaimana sisa-sisa penduduk Mekkah lainnya memeluk islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah Islam. Selanjutnya adalah pemaparan tentang khalifah-khalifah pada masa Bani Umayyah 1.
Muawiyah bin Abi Sufyan (602 – 680) bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah. Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang Sahabat Nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan setelah Mekkah ditaklukkan. Kalangan Syi’ah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan Sahabat Nabi, karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia diakui sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang selama beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai’at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun 661 (umur 58-59 tahun) sampai dengan 680. Terjadinya Perang Shiffin makin memperkokoh posisi Muawiyah dan melemahkan kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, walaupun secara militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat berdiplomasi antara Amru bin Ash (kubu Muawiyah) dengan Abu Musa Al Asy’ari (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung.
Ibnu Thabathiba[1] berkata tentang Muawiyah: “Muawiyah bagus siasatnya, pandai mengatur urusan duniawi, cerdas, bijaksana, fasih, baligh, dimana ia perlu berlapang dada dan dapat pula bersifat keras, tetapi lebih sering ia berlapang dada. Lagi pula ia dermawan, rela mengorbankan harta, amat suka memegang pimpinan. Kedermawanannya melebihi kedermawanan orang-orang bangsawan dalam kalangan rakyatnya.”
Dimasa pemerintahannya, dialah yang mula-mula yang memerintahkan supaya prajurit-prajurit mengangkat senjata-tembok bila mereka berada di hadapannya. Dan dia pulalah khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan “anjung” dalam masjid tempatnya sembahyang untuk menjaga keamanan dirinya dari musuh, hal ini disebabkan karena Khalifah Umar Bin Khatthab dan Khalifah Ali Bin Abi Yhalib pernah terbunuh ketika sedang sembahyang[2].
Selain itu Muawiyah juga mengadakan dinas-pos pada tempat-tempat tertentu di sepanjang jalan disediakan kuda lengkap dengan peralatannya. Selain itu, Muawiyah juga yang mula-mula mendirikan kantor cap (Percetakan mata uang) [3].
Pada masa pemerintahan Muawiyah adalah yang paling cemerlang diantara masa-masa Khalifah Islamiyah dseluruhnya, dimana keamanan negri begitu baiknya dan segala anasir-anasir yang bersikap memusuhi terhadap Muawiyah telah dapat dibasmi, berkat moral Muawiyah yang tinggi, ataupun karena hadiah-hadiah dan pedangnya yang tajam. Masa pemerintahannya adalah masa kemakmuran dan kekayaan yang berlimpah-limpah. Begitu pula dengan hubungan luar negri, kaum muslimin telah mencapai kemenangan yang gemilang. Selain itu, pemerintahan Muawiyah bukan saja suatu masa yang panjang, bahkan juga luas, penuh dengan faktor-faktor yang memungkinkan terbentuknya suatu Negara besar dan suatu bangsa yang sukses.

3.      Yazid bin Muawiyah
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayah ini, sistem pemerintahan Islam yang dulunya bersifat demokrasi berubah menjadi monarki heredetis (kerajaan turun temurun). Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. (Binu Taimiyah, 1951: 42)
Perintah ini tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan terhadap Yazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yang turun temurun telah coba dibangun oleh Muawiyah. Tidak ada lagi suksesi kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukan seorang pemimpin baru. Muawiyah telah merubah model kekuasaan dengan model kerajaan yang membenarkan regenerasi kekuasaan dengan cara memberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar garis keturunan Muawiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk memimpin pemerintah umat Islam, karena sistem dinasti hanya membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisa diberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut.(Suhaidi, deemuhammad)
Yazid bin Muawiyah bergelar Yazid I  645 - 683) ialah khalifah kedua Bani Umayyah dan pengganti ayahandanya Muawiyah. Insiden khusus dari masa pemerintahannya terjadi dalam Pertempuran Karbala di mana cucu Nabi Muhammad,Husain bin Ali beserta pengikutnya terbunuh. Tidak hanya Husain tokoh terkemuka yang menentang kenaikan Yazid ke kursi kekhalifahan; ia juga ditentang Abdullah bin Zubairyang menyatakan menjadi khalifah sesungguhnya. Saat orang-orang Hejaz mulai memberikan kesetiaan pada Abdullah, Yazid mengirim pasukan untuk mengamankan daerah itu, dan Makkah diserbu. Selama penyerbuan, Ka’bah rusak, namun pengepungan berakhir dengan kematian mendadak Yazid pada 683.
Walau disajikan dalam banyak sumber sebagai penguasa yang risau, dengan penuh semangat Yazid mencoba melanjutkan kebijakan ayahandanya dan menggaji banyak orang yang membantunya. Ia memperkuat struktur administrasi khilafah dan memperbaiki pertahanan militer Suriah, basis kekuatan Bani Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki. Ia mengurangi pajak beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal penaklukan Arab. Ia juga memberi perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis Damsyik. Masa pemerintahan Yazid berlangsung kira-kira 3 tahun, ia mati dalam usia muda karena sakit. Yazid meninggalkan beban yang berat yang kemudian ia digantikan putranya Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M), akan tetapi Muawiyah II tidak berdaya untuk memikulnya kemudian digantikan oleh Marwan Bin Hakam.

4.      Marwan bin Hakam
Marwan bin Hakam bergelar Marwan I (623 - 685) ialah Khalifah Bani Umayyah yang mengambil alih tampuk kekuasaan setelah Muawiyah II menyerahkan jabatannya pada 684. Naiknya Marwan menunjukkan pada perubahan silsilah Bani Umayyah dari keturunan Abu Sufyan ke Hakam, mereka ialah cucu Umayyah (darinya nama Bani Umayyah diambil). Hakam ialah saudara sepupu Utsman bin Affan. Selama masa pemerintahan Utsman, Marwan mengambil keuntungan dari hubungannya pada khalifah dan diangkat sebagai Gubernur Madinah. Bagaimanapun, ia diberhentikan dari posisi ini oleh Ali, hanya diangkat kembali oleh Muawiyah I. Akhirnya Marwan dipindahkan dari kota ini saat Abdullah bin Zubair memberontak terhadap Yazid I. Dari sini, Marwan pergi ke Damsaskus, di mana ia menjadi khalifah setelah Muawiyah II turun tahta.
Masa pemerintahan singkat Marwan diwarnai perang saudara di antara keluarga Umayyah, seperti perang terhadap Ibnu Zubair yang melanjutkan pemerintahan atas Hejaz,Irak, Mesir dan sebagian Suriah. Marwan sanggup memenangkan perang saudara Bani Umayyah, yang berakibat naiknya keturunan Marwan sebagai jalur penguasa baru dari Khalifah Umayyah. Ia juga sanggup merebut kembali Mesir dan Suriah dari Ibnu Zubair, namun tak sanggup sepenuhnya mengalahkannya. Marwan bin al-Hakam digantikan sebagai khalifah oleh anaknya Abdul Malik bin Marwan.

5.      Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah kelima dari Bani Umayyah, menggantikan khalifah Marwan bin Hakam pada 692 Masehi. Selama masa pemerintahannya ia membebaskan banyak kota seperti kota-kota Romawi (696 705 M),Afrika Utara (698-703 M), dan Turkistan (705 M). Beban yang ditinggalkan oleh Yazid, dapat diperbaiki keadaanya oleh Abdul Malik Bin Marwan. Suasana kerajaan bisa dipulihkan setelah kekhalifahan dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, tepatnya ketika gerakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubeir berhasil ditumpas. Pada masa inilah kemajuan dinasti Umayyah dimulai, diantaranya :
a)      Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b)      Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c)      Mendirikan Masjid di Damaskus.

Tahun 705 M ia digantikan oleh anaknya, Al-Walid bin Abdul-Malik. Adapun pemaparan mengenai kepemimpinan Al-Walid bin Abdul-Malik, akan dibahas pada makalah Islam pada masa Bani Umayyah 2 yang akan dipresentasikan oleh kelompok selanjutnya.


Dinasti Umayyah

Diposting oleh Unknown di 1/31/2016 08:00:00 PM 0 komentar
(Kilas Pintas Pendirian, Para Khalifah, dan Keruntuhannya)
1.      Bermula Dari Perang Shiffin
11 Shafar tahun 37 H, berlangsung peperangan antara kaum muslimin. Pendukung Ali bin Thalib ra. versus Mu’aiwyah. Perang berlangsung beberapa hari dan tanda-tanda kemenangan mulai condong ke pihak Ali. Ketika kemenangan di depan mata kelompok Ali, tiba-tiba pihak Muawiyah menggunakan taktik tahkim. Akhirnya dipilihlah Musa al-As’ariy dari pihak Ali dan Amr bin Ash dari pihak Muawiyah untuk melakukan perundingan pada bulan Sya’ban 37 di Dumat al-Jandal.
Hasil perundingan ini memberikan kebebasan penuh kepada rakyat untuk memilih siapa yang memimpin mereka. Begitu Musa al-As’ariy berikrar melepaskan kepemimpinan Ali dan Muawiyah, Amr bin Ash tampil dan malah mengokohkan kepemimpinan Mu’ayiwah. Kecurangan pihak Mu’awiyah ini memperburuk posisi ‘Ali. Ditambah lagi, salah seorang dari kelompok Khawarij—pembelot dari kalangan Ali—bernama Ibn Muljam berhasil menebas Sayyidina ‘Ali di pagi buta saat beliau hendak salat berjamah subuh.
Posisi Muawiyah kian kuat. Memang Hasan bin Ali dibaiat di Kuffah untuk melanjutkan kepemimpinan ayahandanya, tapi pada akhirnya beliau malah memilih berdamai ketimbang disibukkan urusan kenegaraan. Alasan lain, sangat mungkin Hasan letih dengan peperangan antara kaum muslimin. Hasan menyerahkan daerah kekuasaannya dengan mengajukan beberapa syarat. Pertama, Muawiyah harus dalam menjalan kepemerintahannya harus berpegan teguh kepada Al-Quran, al-Sunnah, dan sirah Khalifah yang empat. Kedua, Mu’awiyah tidak boleh menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Ketiga, urusan kepemimpinan setelah Muawiyah harus diserahkan kepada kaum muslimin. Keempat, menjamin keselamatan jiwa pendukung ‘Ali.
Kini mantaplah posisi Mu’awiyah. Ibu kota berpindah ke Damaskus.
2.      Dari Demokratis Ke Kerajaan
Di masa Khalifah yang empat, sistem pemilihan pemimpin ditetapkan dengan permusyawaratan. Mu’awiyah memilih bentuk kerajaan dengan pertimbangan untuk menghindari kekisruhan dan perpecahan. Boleh jadi ada muatan politisnya, misalnya ambisi untuk menguasai dunia Islam dengan dinastinya sendiri atau mempermudah jalan putranya, demikian dugaan segelintir sejarawan. Kemungkinan nuansa politis ini disanggah beberapa sejarawan terkemuka, diantaranya adalah Ibn Khaldun yang mengatakan: tidak ada motif lain bagi Muawiyah dalam peristiwa ini (mengangkat putranya sendiri) sebab integritas dan statusnya sebagai sahabat Nabi terkemuka dan penulis wahyu menghalanginya untuk melakukan yang demikian (mengangkat putranya karena motif kekuasaan misalnya).
Sebagaian besar peralihan kepemimpin dalam Dinasti Umayyah ini adalah penunjukkan secara individual. Pemimpin yang merasakan ajalnya mendekat, mulai menunjuk penggantinya, yang biasanya itu adalah putranya sendiri.
3.      Pencapaian-Pencapaian Dinasti Umayyah
Sepintas kilas dinasti ini dibagun setidaknya dengan dua pondasi kecurangan. Pertama, Amr bin Ash yang malah mengokohkan kepemimpinan Muawiyah setelah sebelumnya Musa al-As’ayri melepaskan posisi Ali. Kedua, tidak dipenuhinya perjanjian mereka dengan Hasan, yaitu dengan penunjukkan Yazid oleh Mu’awiyah untuk menggantikan posisinya.
Memang perang Shiffin menyisakan kenangan pahit. Ali adalah sahabat, sepupu, bahkan menantu Rasulullah saw. Mu’awiyyah adalah sahabat Rasul dan penulis wahyu. Siapa diantara mereka yang salah? Pertanyaan ini sukar dijawab; bukan hanya karena keduanya adalah figur saleh, tapi juga menentukan siapa yang salah kurang penting. Lalu mengapa mereka bertikai? Pertanyaan inilah yang banyak dijawab oleh sejarawan. Perbedaan pendapat di antara mereka yang berujung pada peristiwa peperangan dan saling bunuh, tidak keluar dari masalah ijtihad. Telah disepakati, seorang mujtahid, tak peduli salah atau benar, tetap mendapatkan pahala atas usahanya mencari kebenaran. Yang salah dapat satu, dan yang benar dapat dua. Jadi baik pihak Ali maupun Muawiyyah berhak mendapatkan pahala. Soal siapa yang dapat satu atau dua, tidaklah penting atau fakta sejarah tidak mendukung untuk menjawab hal tersebut.
Oleh karena itu, melihat dan mencontoh pencapaian dan prestasi dinasti ini lebih penting. Kemudian berpindah kepada masa kemunduran dan robohnya dinasti ini berikut faktor-faktornya. Mengambil pelajaran mengapa suatu peradaban akhirnya hancur adalah pokok utama dari pembahasan sejarah manapun.
Berikut ini adalah beberapa pencapaian dinasti Umayyah dalam beberapa bidang dengan deskripsi singkat dalam masing-masing khalifahnya.
1.      Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Pemerintah Muawiyah dikenal dengan pemerintahan yang agresif. Di zamanya, Uqbah bin Nafi dengan dukungan orang-orang Barbar mengalahkan tentara Bizantium di Afrika. Pada tahun 670 M, ia mendirikan biarawan sebagai tempat perkemahan permanen. Serangannya telah sampai ke Atlantik, tetapi dalam perjalanan pulang ia dibunuh oleh seorang kepala suku Barbar. Di sebelah timur, Muawiyah berhasil menguasai Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkataan lautnya menyerang ibu kota Bizantium, Constantinopel.
Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.
2.      Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala (Yatim, 2003:45).
Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam sepanjang sejarah Islam. Pertama, Pembunuhan Husein ibn Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad. Kedua, Pelaksanaan Al-ibahat terhadap kota suci Madinah al-Munawarah. Ketiga, Penggempuran terhadap baiat Allah. Keempat, Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang yang dikebiri untuk barisan pelayan rumah tangga khalif di dalam istana. Ia Meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah 3 tahun 6 bulan.
3.      Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam pemerintahannya, terjadi masa krisis dan ketidakpastian, yaitu timbulnya perselisihan antar suku diantara orang-orang Arab sendiri. Ia memerintah hanya selama enam bulan.
4.      Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
Sebelumnya menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan, ia berhasil memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala suku. Untuk mengukuhkan jabatan Khalifah yang dipegangnya maka Marwan sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid. Selama masa pemerintahannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.
5.      Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Di bawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karya-karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi sengketa dengan khalif Abdullah ibn Zubair.
6.      Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid ibn Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.
7.      Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi penasehat-penasehat sendiri. Menjelang saat terakhir pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar.
Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan penaklukan ibu kota Constantinople gagal. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.
8.      Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun. Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya (Amin, 1987:104). Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disetarakan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Umar bin Abdul Aziz yang terkenal sebagai pemimpin negara yang zuhud, sering mengundang ulama dan ahli fikih untuk mengkaji ilmu di majlisnya. Pada masanya, ada larangan mencaci lawan politik dalam khotbah. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.
9.      Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Yazid ibn Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya mempercepat proses kehancuran Imperium Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah propaganda bagi keturunan Bani Abas mulai dilancarkan secara aktif. Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun 1 bulan.
10.  Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)
Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sicilia pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
11.  Walid ibn Yazid (743-744 M)
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan Walid ibn Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Meskipun demikian, kebijakan yang paling utama yang dilakukan olehWalid ibn Yazid ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masing-masing orang. Dia sempat meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
12.  Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)
Pemerintahan Yazid ibn Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena perbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.
13.  Ibrahim ibn Malik (744 M)
Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat didalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Karena itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Armenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan diri dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.
14.  Marwan ibn Muhammad (745-750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang semakin kuat. Marwan ibn Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
4.      Sebab-sebab hancurnya dinasti Umayah
Kita saksikan bahwa berdirinya dinasti Umayah tidak terlepas dari konflik dan intrik politik yang membekaskan kenangan buruk bagi musuhnya. Akibatnya, kelompok Khawarij dan Syiah untuk masa selanjutnya menetapkan diri sebagai oposisi dan merongrong kedaulatan dinasti Umayah.
Dua kelompok ini dan lainnya hanya bisa diatasi oleh pemimpin yang pandai dan tidak licik, serta berkepribadian baik di samping soliditas bani Umayah sendiri. Sayangnya, di masa-masa belakangan puak-puak Bani Umayah sibuk menebarkan konflik demi singgasana kekuasaan. Adanya pola hidup mewah di lingkungan istana menyebabkan anak-anak Khalifah tidak siap memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
Pertentangan antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam di wilayah Suriah, juga pelengkap bagi faktor hancurnya Dinasti ini. Di zaman Dinasti Bani Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para Khalifah cenderung kepada satu pihak dan menafikan yang lainnya (Ali, 1981:169-170).
Di banyak pemerintahan dari dinasti Umyah ada ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, yakni pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa taklukkan yang mendapatkan sebutan mawali. Status tersebut menggambarkan infeoritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang mendapatkan fasilitas dari penguasa Umayyah. Padahal mereka bersama-sama Muslim Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang di antara mereka mencapai tingkatan yang jauh di atas rata-rata bangsa Arab. Tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada mawali itu jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab (Watt, 1990:28).
Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah hal baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Kriterianya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian Khalifah ini, bukan hanya ditolak oleh oposisi, bahkan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga Istana (Hitti, 1970:281).
Penindasan terus menerus terhadap pengikut-pengikut Ali pada khususnya, dan terhadap Bani Hasyim (Hasyimiyah) pada umumnya, sehingga mereka menjadi oposisi yang kuat. Kekuatan baru ini, dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abdul al- Muthalib dan mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang dikelasduakan. Hal ini menjadi penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. (Yatim, 2003:48-49 dan Hasymy, 1993:210).
Akhirnya imperium dengan daerah kekuasan terluas keenam (13.2 juta km²) di sepanjang sejarah (Bruce R. Gordon: 2005) ini menemukan ajalnya di tangan musuh-musuhnya dan di tangan diri mereka sendiri. Waalahu a’lam bisshawab! (Author: Abdul Wahid S.Sy)



Teknik Elektronika

Diposting oleh Unknown di 1/31/2016 07:51:00 PM 0 komentar
Teknik listrik atau teknik elektro (bahasa Inggris: electrical engineering) adalah salah satu bidang ilmu teknik mengenai aplikasi listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.[1] Teknik listrik melibatkan konsep, perancangan, pengembangan, dan produksi perangkat listrik dan elektronik yang dibutuhkan oleh masyarakat.[1] Insinyur listrik adalah kaum profesional yang memegang peranan penting dalam mengembangkan dan memajukan teknologi tinggi dalam dunia komputer, laser,penjelajahan angkasa, telekomunikasi, energi, dan aplikasi lainnya dari perangkat dan sistem elektronik.[1] Teknik listrik bekerja sama dengan insinyur dari area lain seperti teknik kimia, teknik mesin, dan teknik sipil untuk merancang, mengembangkan, dan membantu produksi berbagai macam produk dan jasa seperti sistem distribusi energi, komputer pribadi, sistem satelit, radio genggam, sistem radar, mobil listrik, jantung buatan, dan lain-lain yang melibatkan komponen listrik dan elektronik.
Tentang Teknik Elektro
Teknik Elektronika adalah bidang teknik yang mempelajari tentang komponen listrik dan peralatan-peralatan semi konduktor. Teknik Elektronika merupakan bagian dari Teknik Listrik (Teknik Elektro).
Sesungguhnya istilah 'Teknik Elektronika' telah muncul di tahun 1950, setelah perubahan teknologi yang terjadi setelah Perang Dunia Ke-2 di tahun 1940. Tetapi di abad ke-19, Teknik Elektronika baru diangkat menjadi mata kuliah setelah terjadi perkembangan teknologi yang signifikan di Industri Telegram, Radio dan Telepon.
Ada dua kegunaan utama dari kelistrikan, yaitu sebagai sarana untuk mengirimkan daya listrik dari satu tempat ke tempat lain dan sebagai sarana untuk mengirimkan informasi. Secara tradisional, bidang teknik listrik dapat dibagi ke dalam tujuh area spesialisasi berikut ini.
Teknik Tenaga Listrik
Teknik tenaga listrik memiliki sejarah yang panjang, dimulai pada tahun 1879 saat Thomas Alva Edison berhasil menciptakan lampu pijar yang dapat digunakan secara praktis.Dalam waktu beberapa tahun Edison membangun sistem distribusi tenaga listrik arus searah di seputaran kota New York yang dapat menyuplai sekitar 400 lampu. Pada akhir tahun 1880an distribusi arus listrik menggunakan arus bolak-balik mulai berkembang dan digunakan hingga saat ini.
Teknik tenaga listrik adalah satu-satunya bidang yang secara khusus berkaitan dengan pembangkitan dan transmisi daya listrik dari satu tempat ke tempat lain. Ini adalah spesialisasi tertua dari teknik tenaga listrik.
Teknik Elektromagnetik
Teknik elektromagnetik menjembatani aplikasi listrik sebagai pemindahan energi dan transfer informasi. Teknik elektromagnetik berkaitan dengan interaksi antara medan magnet dan medan listrik, serta arus listrik. Gambar di samping melukiskan spektrum gelombang elektromagnet yang berkisar dari gelombang frekuensi rendah hingga sinar gama. Dengan adanya teknik ini dimungkinkanlah telekomunikasi radiotelevisi, komunikasisatelitradar, dan semua bentuk komunikasi nirkabel lainnya.
Teknik Telekomunikasi
Teknik telekomunikasi berfokus pada rekayasa dan ilmu yang dibutuhkan untuk mengirimkan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sistem telekomunikasi dapat memanfaatkan gelombang elektromagnetik, berbagai macam kabel listrik, atau serat optik untuk pengiriman informasi. Salah satu hal penting yang dijawab oleh teknik telekomunikasi adalah bagaimana cara mengodekan informasi ke dalam sinyal listrik. Perkembangan teknik telekomunikasi telah membuat banyak sistem mutakhir untuk mengodekan informasi untuk dikirmkan dan untuk menyarikan informasi dari sinyal.
Teknik Komputer
Teknik komputer adalah salah satu spesialisasi yang berkembang paling cepat dalam dunia teknik listrik. Teknik komputer meliputi perancangan sistem perangkat keras dan program komputer. Sistem komputer berkisar dari komputer besar atau disebut denganmainframe yang digunakan dalam dunia perbankan, rekayasa, dan sains hingga komputer pribadi yang digunakan secara perorangan hingga belakangan juga digunakan secara komersial.
Teknik Elektronika
Teknik elektronika adalah teknik yang berhubungan dengan berbagai material dalam berbagai konfigurasi atau struktur yang dapat mengatur aliran arus listrik. Dalam teknik elektronika dikenal dan digunakan berbagai komponen seperti diodetransistor, dansirkuit terpadu untuk membangun perangkat keras. Hasil dari teknik elektronika digunakan secara langsung oleh bidang lain seperti teknik komputer dan teknik telekomunikasi dengan sirkuit terintegrasi sebagai salah satu kemajuan terbesar yang paling dimanfaatkan.
Teknik Rekayasa Sistem
Rekayasa sistem memanfaatkan prinsip-prinsip matematika untuk memodelkan dan menjelaskan sistem kompleks dan memprediksi kehandalannya berdasarkan analisis teknik. Berdasarkan deskripsi matematis dari sebuah permasalahan, seorang insinyur dapat meramalkan hal "bagaimana jika..." pada kondisi yang ada dan membuat solusi yang optimal .
Teknik Kendali
Sistem kendali (control system) berkaitan dengan sistem elektronik yang dirancang untuk memberikan pengaturan cepat dan tepat terhadap suatu perintah. Teknik sistem kendali sangat banyak dipelajari dalam teknik listrik.[1] Sistem kendali tidak terbatas pada sistem elektrikal melainkan hingga pengendalian sistem kimia, sistem hidrolis, dan sistem mekanik 
Apakah Jurusan Ini Tepat Untuk Saya
Seperti jurusan teknik pada umumnya, untuk masuk ke Jurusan Teknik Elektronika, Anda harus mempunyai kemampuan Logika, Matematika dan Fisika yang kuat. Sesungguhnya perbedaan antara Teknik Listrik (Teknik Elektro) dengan Teknik Elektronika adalah Teknik Elektronika mencakup daerah yang lebih spesifik dari Teknik Listrik, seperti komponen-komponen listrik, transmitor, semi konduktor dan lain-lain. Sedangkan Teknik Listrik mencakup bidang yang lebih luas seperti pengelolaan sumber daya energi/listrik dalam skala besar misalnya untuk kepentingan industri.
Di jurusan ini, para mahasiswa akan dinilai melalui laporan tertulis dan tugas praktek. Sehingga di luar pelajaran, para mahasiswa dituntut untuk banyak membaca dan melakukan riset secara individual. Selain mempelajari teori-teori, sebagian besar waktu akan dihabiskan di laboratorium atau tempat praktek lainnya untuk melakukan penelitian.
Prospek Kerja
Mayoritas mahasiswa mengambil jurusan ini dengan tujuan untuk menjadi Insinyur Elektronika. Selain itu, para lulusan juga bisa bekerja di bidang pengembangan sistem, konsultan elektronika dan sektor manufaktur peralatan elektronik.
Keahlian di bidang logika, penyelesaian masalah dan berhitung dari para lulusan Jurusan Teknik Listrik juga bisa dialihkan ke bidang keuangan, perbankan dan sektor-sektor bisnis lainnya.
Bagi yang ingin melanjutkan ke Program Pasca Sarjana bahkan bisa juga menjadi peneliti atau jika tidak ingin terlibat di bidang teknik, bisa juga menjadi tenaga pengajar untuk pelajaran terkait di berbagai lembaga pendidikan.
Proses Perkuliahan
Jurusan Teknik Elektronika selain harus mengusai teori, keahlian dalam praktek misalnya untuk mendesain, merakit dan menjalankan komponen elektronik sangat penting dan akan menyumbangkan porsi nilai yang besar dalam nilai akhir perkuliahan. Oleh karena itu, penempatan kerja itu adalah hal wajib untuk menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Elektronika. Oleh karena itu biasanya universitas mempunyai hubungan erat dengan industri dan perusahaan-perusahaan terkait untuk membantu mahasiswa mereka untuk mendapatkan penempatan kerja.
Syarat masuk untuk Program Sarjana Teknik Elektronika adalah mempunyai nilai nilai A di mata pelajaran seperti Matematika dan Sains. Lama kuliah sekitar 3 hingga 4 tahun, tergantung lamanya penempatan kerja yang diambil oleh mahasiswa. Untuk Program Pascasarjana, calon mahasiswa harus mempunyai Gelar Sarjana dengan predikat 2:1.
Untuk bisa diterima di jurusan ini, para pelajar asing wajib mempunyai Sertifikat IELTS dengan nilai minimal 6.5.
Menentukan Tempat Kuliah
Jurusan Teknik Elektronika banyak melibatkan kegiatan praktek dan penelitian. Penting bagi Anda untuk mencari universitas dengan fasilitas laboratorium yang bagus dengan staf pengajar yang profesional. Selain itu untuk menamatkan kuliah, Anda harus mendapatkan nilai dari penempatan kerja. Oleh karena itu, carilah universitas yang mempunyai jaringan kuat dengan industri-industri teknik. Ini akan memudahkan Anda untuk mencari pengalaman kerja di saat kuliah serta lebih menjamin masa depan karir Anda setelah tamat nanti.
Selain universitas, lokasi juga sangat penting. Anda akan belajar dan tinggal disana, sehingga sangat penting bahwa universitas pilihan Anda terletak di sebuah lingkungan di mana Anda bisa berkembang dengan baik secara sosial dan akademis.
Selain itu, Anda harus selalu melihat persyaratan masuk universitas dan keuangan Anda sendiri sebelum mengajukan aplikasi ke universitas pilihan Anda. Apakah Anda memiliki nilai yang tepat untuk masuk? Kemudian, hal yang perlu dipertimbangkan juga adalah apakah biaya kuliah beserta biaya hidup bisa Anda tangani? Jika Anda masih berjuang untuk mengamankan pendanaan, ada sejumlah beasiswa yang bisa membantu Anda.


 Sumber : 
 

Catatan Tangan Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review