Sabtu, 24 Oktober 2015

Sumber Daya Alam Indonesia

Diposting oleh Unknown di 10/24/2015 02:09:00 AM
PAotret Keadaan Hutan Indonesia (State Of Indonesia’s Forest)

Hutan adalah sumber daya alam yang strategis dan Indonesia merupakan Negara yang memiliki hutan hujan tropis ketiga di dunia setelah brazil dan kongo. Forest watch Indonesia mencatat sekitar 82 juta hektar daratan Indonesia yang masih tertutup oleh hutan. Dan ¾ nya berada di daratan papua dan Kalimantan. Luas tutupan hutan sampai ditahun 2013 secara berurutan adalah papua 29,4 juta hektar, Kalimantan 26,6 juta hektar sumatera 11,4 juta hektar, Sulawesi 8,9 juta hektar, Maluku 4,3 hektar, bali dan nusa tenggara 1,1 juta hektar, dan jawa 675.000 hektar. Data resmi kementrian kehutanan pada tahun 2013 luas kawasan hutan Indonesia adalah 127 juta hektar. Forest watch Indonesia menemukan bahwa 63 % atau 78 juta hektar daratan Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tutupan hutan. Berdasarkan fungsi kawasan hutan, tutupan hutan yang tersisa sampai tahun 2013 adalah kawasan konservasi (3,2 juta hektar bukan hutan dan 10,6 juta hektar adalah hutan), hutan lindung ( 7.5 juta hektar bukan hutan dan 22,8 juta hektar adalah hutan), hutan produksi ( 16,6 juta hektar bukan hutan dan 17,1 juta hektar adalah hutan), hutan produksi terbatas ( 6,9 juta hektar bukan hutan dan 17,3 juta hektar adalah hutan), hutan produksi yang dapat di konversi ( 11,4 juta hektar bukan hutan dan 9,5 juta hektar adalah hutan), dan area penggunaan lain (51,3 juta hektar bukan hutan dan 4,6 juta hektar adalah hutan). Sementara itu, untuk wilayah yang tidak memiliki tutupan hutan tersebar disemua fungsi kawasan hutan bahkan terdapat juga di kawasan fungsi hutan lindung dan kawasan konservasi. Ada sekitar 11 juta kawasan tidak berhutan dalam kawasan hutan lindung dan kawasan reservasi. Dalam pengelolaan hutan pemerintah cenderung menjalankan administrasi perizinan pemanfaatan hutan. Dan saat ini terdapat 32 juta kawasan hutan dalam kondisi baik yang berada dalam posisi HTI, HPH, tambang dan perkebunan sawit. Bedasarkan pemantauan terhadap praktik pengelolaan hutan di Indonesia, konsesi-konsesi ini akan mendorong kerusakan hutan alam yang lebih besar dan terencana. Selain itu, 41 juta hutan alam yang belum terikat oleh lembaga-lembaga yang kuat dalam mengelola hutan ditingkat 4 sehingga berpotensi mendorong terjadinya kerusakan hutan. Untuk tutupan hutan di pulau-pulau kecil, forest watch melakukan study di kepulauan Aru provinsi Maluku. Meskipun luas hutan di pulau-pulau kecil proporsinya kecil terhadap tutupan hutan nasional, namun tutupan hutan di pulau-pulau kecil mempunyai peran yang penting bagi kehidupan masyarakat seperti menjaga ketersediaan air tawar dan benteng dari perubahan iklim. Hasil analisis forest watch Indonesia pada periode 2009 hingga 2013 Indonesia kehilangan tutupan hutan sebesar 4,5 juta hektar dan 1,13 juta hektar terjadi kerusakan hutan. Bahkan kerusakan hutan terjadi di kawasan konservasi dan hutan lindung. “Tingginya kerusakan hutan ini disebabkan oleh lemahnya kapasitas pemerintah dalam memanfaatkan dan mengatur sumber daya hutan. Kerusakan hutan Indonesia yang tinggi ini adalah potret lemahnya tata kelola kehutanan. Kami melihat masih banyak tumpang tindih penggunaan lahan antara PHTI, tambang, perkebunan, dan kalau kita lihat luasannya sangat besar sekali sekitar 14 juta hektar untuk area yang tumpang tindih. Artinya ada masalah tata kelola disana. Pemerintah tidak bisa menyediakan area yang clear dan clean unutk pengusaha yang berinvestasi. Selain itu ada juga permasalahan keadilan bagi masyarakat adat maupun lokal. Kalau kita lihat secara keseluruhan di Indonesia, hampir lebih dari 40 juta hektar kawasan di Indonesia itu diperuntukkan untuk pengusaha-pengusaha melalui HPH, HTI, atau pertambangan. Tetapi hanya sebagian kecil yang diberikan kepada masyarakat melalui HKM atau HTR atau sekitar 200.000 hektar. “ Tutur Soelthon G.N / forest watch Indonesia.
Penyebab kerusakan hutan dibagi menjadi dua kelompok yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung antara lain HPH, HTI, ekspansi perkebunan kelapa sawit, illegal logging, pertambangan dan pembakaran hutan. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, pemekaran wilayah administrasi, korupsi di sektor kehutanan, ekspansi industri dan kebutuhan pasar. Berikut adalah data deforestasi pada tahun 2009 sampai 2013. 2,3 juta hektar deforestasi didalam wilayah konsesi, 2,2 juta hektar deforestasi diluar wilayah konsesi. Kerusakan hutan alam terbesar terjadi di Kalimantan dan Sumatera. Hal ini disebabkan oleh ekspansi hutan tanaman industry, perkebunan kelapa sawit, eksploitasi tambang dan pembakaran hutan. Soelthon G.N / forest watch Indonesia mengatakan bahwa “Berdasarkan analisis forest wath Indonesia kami melihat bahwa laju deforestasi di Indonesia itu sekitar 1,13 juta hektar tiap tahun  dan apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa ada perbaikan tata pengelola, luas hutan alam di Sumatera khususnya yang berada di kawasan konservasi akan habis di tahun 2033 dan tentunya akan diikuti oleh pelopor yang lain seperti Kalimantan dan Papua. “ Seperempat kerusakan hutan di Indonesia terjadi di lahan gambut. Pada periode tahun 2009 sampai 2013, forest wath mencatat 1,1 juta hektar hutan alam di lahan gambut telah hilang. Saat ini tersisa 9 juta hektar lahan gambut yang masih tertutup hutan alam. Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan kebijakan penundaan ijin baru sebagai upaya penurunan dari deforestasi dan degradasi hutan. Namun realitanya pemerintah belum dikatakan berhasil untuk melindungi hutan alam yang tersisa di Indonesia. Kajian forest watch Indonesia menemukan bahwa masih banyak kawasan hutan yang belum terlindungi oleh kebijakan ini. Dari seluruh area berhutan di Indonesia, hanya 44,3 juta hektar yang terliput oleh kebijakan ini. Di dalam buku potret keadaan hutan Indonesia berisikan tentang ulasan mengenai data dan hasil analisis yang dilakukan oleh forest watch Indonesia terkait tutupan hutan alam dan perubahannya pada periode 2009 hingga 2013. “Forest watch Indonesia adalah lembaga pemantauan hutan independen yang memiliki visi untuk mewujudkan system pengelolaan data dan sistem informasi kehutanan yang terbuka dan dapat menjamin pengelolaan hutan Indonesia secara adil dan berkelanjutan. Soelthon G.N / forest watch Indonesia berharap buku potret keadaan Indonesia tersebut menjadi bahan bujukan dalam setiap pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan hutan di Indonesia. Selain itu juga mendorong partisipasi public dalam setiap proses-proses penglolaan hutan di Indonesia. “ jelas Soelthon G.N / forest watch Indonesia.
Meskipun telah banyak penghitungan laju deforestasi namun secara umum kecenderungan laju deforestasi masih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya terutama oleh pihak pemerintah untuk membenahi tata kelola hutan. Untuk Indonesia, untuk dunia.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Catatan Tangan Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review